Rifan Financindo – Para pakar menyarankan orang-orang untuk bekerja tidak lebih dari 40 jam dalam seminggu agar hidup lebih sehat. Sebuah penelitian mengatakan bahwa lebih dari itu, seseorang berpotensi mengalami kebotakan.
Sebuah studi dari Sungkyunkwan University School of Medicine di Korea Selatan (negara di mana masyarakatnya sering kerja berlebihan), melakukan studi pada lebih dari 13 ribu pria antara usia 20 hingga 59 di tahun 2013 sampai 2017.
Dilansir dari LAD Bible pada Minggu (27/10/2019), mereka menemukan bahwa orang yang bekerja lebih dari 52 jam dalam seminggu, berisiko hingga dua kali lipat mengalami kebotakan.
- PT RIFAN FINANCINDO | Sosialisasi Perdagangan Berjangka Harus Lebih Agresif: Masih Butuh Political Will Pemerintah
- PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Rifan Financindo Berjangka Gelar Sosialisasi Cerdas Berinvestasi
- PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA SURABAYA | PT Rifan Financindo Berjangka Buka Workshop Apa Itu Perusahaan Pialang, Masyarakat Harus Tahu
- RIFAN FINANCINDO | Kerja Sama dengan USU, Rifan Financindo Siapkan Investor Masa Depan
- PT RIFAN | Bursa Berjangka Indonesia Belum Maksimal Dilirik Investor
- RIFANFINANCINDO | Rifan Financindo Intensifkan Edukasi
- RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Berburu keuntungan berlimpah melalui industri perdagangan berjangka komoditi
- RIFAN | Rifan Financindo Optimistis Transaksi 500.000 Lot Tercapai
- PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Sharing & Diskusi Perusahaan Pialang Berjangka PT. RFB
- PT. RIFAN | PT Rifan Financindo Berjangka Optimistis PBK Tetap Tumbuh di Medan
- RIFAN BERJANGKA | Bisnis Investasi Perdagangan Berjangka Komoditi, Berpotensi tapi Perlu Kerja Keras
- PT. RIFAN FINANCINDO | JFX, KBI dan Rifan Financindo Hadirkan Pusat Belajar Futures Trading di Kampus Universitas Sriwijaya
- PT RIFANFINANCINDO | RFB Surabaya Bidik 250 Nasabah Baru hingga Akhir Tahun
- PT RFB | PT RFB Gelar Media Workshop
- PT RIFANFINANCINDO BERJANGKA | Mengenal Perdagangan Berjangka Komoditi, Begini Manfaat dan Cara Kenali Penipuan Berkedok PBK
- RFB | RFB Masih Dipercaya, Transaksi Meningkat.
Secara umum, stres mengubah kadar hormon di kulit kepala. Kondisi itu ditemukan menghambat pertumbuhan folikel rambut di bagian tubuh itu.
“Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jam kerja panjang yang signifikan terkait dengan perkembangan alocepia pada pekerja pria,” kata penulis utama Kyung-Hun Son.
Terhambatnya Pertumbuhan Rambut
Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Annals of Occupational and Environmental Medicine ini, terungkap bahwa stres menyebabkan fase katagen atau beristirahat. Di sini, rambut berhenti tumbuh secara aktif.
“Dalam percobaan pada tikus, stres secara signifikan terkait dengan terhambatnya pertumbuhan rambut, induksi siklus catagen, dan kerusakan folikel rambut.”
Selain itu, studi ini senada dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa stres bisa menimbulkan cedera dan radang folikel rambut, kematian sel, hingga menghambat pertumbuhan rambut.
“Berdasarkan penelitian sebelumnya, kita dapat dengan hati-hati berasumsi bahwa hubungan antara jam kerja yang panjang dan pengembangan alopecia, kemungkinan dimediasi oleh stres yang terkait pekerjaan.”
Kyung-Hun mengatakan bahwa dibutuhkan batasan jam kerja agar masalah kerontokan rambut tidak terjadi di usia muda. “Intervensi preventif untuk mempromosikan jam kerja yang sesuai dan wajar diperlukan dalam masyarakat kita,” ujarnya.
Walau begitu, penelitian ini tidak melakukan analisis terhadap wanita. Rifan Financindo.
Sumber : Liputan 6