Rifan Financindo – Anak autis rupanya punya logika berpikir yang tinggi. Mereka punya kelebihan tertentu dalam suatu bidang. Kemampuannya dapat diasah dan dilatih layaknya anak normal pada umumnya.
Pengajar Yayasan Daya Pelita Kasih Foundation Heri Bernadi menegaskan, anak autis punya kemampuan lebih detail (teliti) dalam mengerjakan sesuatu.
“Perlu diketahui juga, penyandang autis memiliki logika yang tinggi. Mereka lebih detail, konstan khususnya waktu sangat disiplin,” terang Heri kepada Health Liputan6.com melalui keterangan rilis, ditulis Sabtu (3/8/2019).
- PT RIFAN FINANCINDO | Sosialisasi Perdagangan Berjangka Harus Lebih Agresif: Masih Butuh Political Will Pemerintah
- PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Rifan Financindo Berjangka Gelar Sosialisasi Cerdas Berinvestasi
- PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA SURABAYA | PT Rifan Financindo Berjangka Buka Workshop Apa Itu Perusahaan Pialang, Masyarakat Harus Tahu
- RIFAN FINANCINDO | Kerja Sama dengan USU, Rifan Financindo Siapkan Investor Masa Depan
- PT RIFAN | Bursa Berjangka Indonesia Belum Maksimal Dilirik Investor
- RIFANFINANCINDO | Rifan Financindo Intensifkan Edukasi
- RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Berburu keuntungan berlimpah melalui industri perdagangan berjangka komoditi
- RIFAN | Rifan Financindo Optimistis Transaksi 500.000 Lot Tercapai
- PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Sharing & Diskusi Perusahaan Pialang Berjangka PT. RFB
- PT. RIFAN | PT Rifan Financindo Berjangka Optimistis PBK Tetap Tumbuh di Medan
- RIFAN BERJANGKA | Bisnis Investasi Perdagangan Berjangka Komoditi, Berpotensi tapi Perlu Kerja Keras
- PT. RIFAN FINANCINDO | JFX, KBI dan Rifan Financindo Hadirkan Pusat Belajar Futures Trading di Kampus Universitas Sriwijaya
- PT RIFANFINANCINDO | RFB Surabaya Bidik 250 Nasabah Baru hingga Akhir Tahun
- PT RFB | PT RFB Gelar Media Workshop
- PT RIFANFINANCINDO BERJANGKA | Mengenal Perdagangan Berjangka Komoditi, Begini Manfaat dan Cara Kenali Penipuan Berkedok PBK
- RFB | RFB Masih Dipercaya, Transaksi Meningkat.
Autis bukanlah disebut ‘penyakit’ atau ‘penderita’ melainkan ‘penyandang.’ Ungkapan bahwa autis disebut sebagai ‘penyakit’ atau ‘penderita’ adalah salah besar.
“Banyak yang berpendapat bahwa anak autis itu berbahaya, padahal mereka tidak memiliki kekuatan emosional yang tinggi,” lanjut Heri.
Autis disebabkan adanya gangguan pada saraf otak. Anak autis masih bisa membaca, mendengar meskipun kedua matanya tidak pernah fokus ketika berbicara pada lawan bicaranya.
Tingkat Kesabaran Tinggi
Orangtua yang dianugerahi anak autis juga perlu kesabaran tingkat tinggi. Peran orangtua sangat penting selama tumbuh kembang anak autis.
“Anak autis itu bisa dimarahi, bisa ditegur jika mereka melakukan kesalahan. Maka, arahkan mereka dengan pengertian dan arahan yang jelas dan detail. Gunakan pengungkapan kalimat dengan baik dan benar,” Heri menambahkan.
Anak autis, lanjut Heri, tidak mudah emosi. Hanya lingkungan yang membuat mereka mungkin terlihat bertindak kasar.
“Oleh karena itu, pentingnya peran orangtua dalam mendidik anak autis sehingga mereka bisa beradaptasi dengan baik di lingkungannya. Orangtua pun tidak harus merasa malu (punya anak autis),” tukasnya. Rifan Financindo.
Sumber : Liputan 6